Dari beberapa tulisan yang kami peroleh salah satu tulisan yang memiliki uraian dan penggambaran serta pengetahuan tentang Soppen adalah tulisan bapak H.A.Ahmad Saransi
Berikut tulisan beliau tentang Soppeng khususnya Kerajaan Soppeng
MUNCULNYA KERAJAAN SOPPENG
Oleh : H.A. Ahmad Saransi
INTEGRASI SOPPENG RILAU KE SOPPENG RIAJA HINGGA MUNCULNYA KERAJAAN SOPPENG
Awal Keberadaan
Dengan kemunculan Tomanurung dari Sekkanyili" (Soppeng Riaja) dan Manurungnge dari Goarie (Kerajaan Soppeng Rilau, merupakan fase awal dari ketenangan dan ketentraman dari masyarakat Soppeng sejak dilanda kemarau yang panjang. Kehidupan kedua masyarakat tersebut senantiasa tentram dan damai sebagaimana layaknya dua orang bersaudara kembar. Hal ini tidak mangherankan, karena Kerajaan Soppeng Riaja Sebagai pusat aktifitas politik mampu membina secara harmonis hubungan politiknya dan kekeluargaan dengan Kerajaan Soppeng Rilau.
Fase kedamaian ini berlangsung hingga kurang lebih 260 tahun lamanya, yaitu mulai tahun 1300-an sebagai masa awal Pemerintahan Latemmalala sebagai Datu I di Sppeng Riaja dan We Temmabubbu sebagai Datu I di Sppeng Rilau hingga terjadinya konflik perselisihan antara Datu Lamataesso Puang Lipue Patolae sebagai Datu Soppeng Riaja dan La Makkarodda Latenribali sebagai Datu Soppeng Rilau.
Konflik
Menurut catatan dalam naskah lontara dikatakan bahwa, terjadinya konflik ini disebabkan keambisian La Makkarodda untuk menguasai wilayah Soppeng Riaja. Pertikaian ini meningkat menjadi perang saudara. Namun keambisian Lamakkarodda ini tidak seluruh Kerajaannnya mendukung tindakan yang dilakukan La Makkarodda sehingga saat pecahnya perang saudara ini menyebabkan Kerajaan Soppeng Rilau mengalami kekalahan.
Lamakkarodda Sebagai Datu Soppeng Rilau tidak puas atas kekalahannaya itu. Untuk membalas kekalahannya, dengan kekerasan hati ia terpaksa meninggalkan negerinya untuk mencari sekutu atau bala bantuan dari Kerajaan tetangga.
Namun sebelum meninggalkan negerinya, telah datang perutusan dari Soppeng Riaja untuk meminta La Makkarodda untuk sudilah kiranya kembali kenegerinya untuk tetap memegang tampuk Ke-Daatu-an di Kerajaan Soppeng Rilau. Hal ini ditempuh LA Mataesso untuk senantiasa menjaga persatuan dan kekeluargaan antara Kerajaan Soppeng Riaja dengan Kerajaan Soppeng Rilau.
Maksud baik La Mataesso ditolak mentah-mentah oleh La Makkarodda, "Bessing Passuka' Bessing topa Parewekka" (saya keluar kerena tombak ( perang) maka sayapun akan kembali dengan tombak (perang) pula). Itulah jawaban La Makkarodda terhadap putusan itu hingga ia melanjutkan perjalanannya ke Kerajaan Bone untuk mencari persekutuan dan sekaligus meminta bantuan guna melawan kerajaan Soppeng Riaja. Akan tetapi setelah L Makkarodda mendekati kerajaan Bone, nampaknya niatnya itu tidak diterima dedngan pertimbangan dari pihak Kerajaan Bone : "Bila kami mendukung berarti memperpanjang konflik antara Kerajaan Soppeng Riaja dengan Kerajaan Soppeng Rilau, disam[ping itu bila kami memberikan bantuan maka kelak Kerajaan Bone akan menjadi musuh Kerajaan Soppeng Riaja.".
Karena rencananya tidak diterima, maka La Makkarodda memutuskan untuk tinggal di wilayah kerajaan Bone, hingga suatu ketika La Makkazrodda memperistrikan We Tenripakkua saudari kandung raja Bone La Tenrirawe Bongkangnge.
Perkawinan La Makkarodda dengan We Tenripakkua berimplikasi terbukanya suatu kesempatan dalam rangka ikatan persahabatan antara kerajaan Bone dengan kerajaan Soppeng. Hal ini terrcermin dari ungkapan penasehat Kerajaan Bone Kajao Lalidong, " Saya merasa senang atas kebijaksanaannmu (taneng-tanengmu) itu menjodohkan adik kandungmu dengan Datu Mario (La Makkarodda). Apabila nantinya ada anak keturunannya kembali ke negeri Soppeng, maka sedapat mungkin diadakan ikatan persaudaraan antara tanah Soppeng dengan Tanah Bone".
Betapa besar penghargaan Kajao Lallidong selaku penasehat dan diplomat kerajaan Bone ini untuk mempersaudarakan negeri dan rakyat kerajaan Bone dengan Negeri dan rakyat kerajaan Soppeng jika kelak dikemudian hari.
Federasi Soppeng Rilau bergabung dengan Soppeng Riaja
Sementara berlangsungnya perselisihan antara Datu Soppeng Riaja La Mataesso dengan Datu Soppeng Rilau La Makkarodda, Arung Umpungeng datan menghadap Datu Soppeng Riaja. Namun sebelum pertemuannya dengan La Mataesso terlebih dahulu diterima oleh La Waniaga Arung Bila. Dalam pertemuan awal dengan Arung Bila itu, Arung Umpungeng menyatakan diri atas nama rakyat Umpungeng beralih ke Soppeng Riaja dan bernaung dibawah payung pemerintahan Soppeng Riaja.
Disampaikan pula maksud kedatangannya, agar diberi perlindungan oleh Soppeng Riaja, karena mereka tidak sudi bersekutu dengan orang yang berbuat kesalahan (maksudnya La Makkarodda) dan beliaupun bersumpah tidak akan menghianati La Mataesso. Maksud kedatangan Arung Umpungeng tersebut kemudian diasampaikan oleh Arung Bila kepada Datu Soppeng Riaja La Mataesso dan beliau pun bersedia menerimanya pada pertemuan tingkat resmi selanjutnya.
Pada pertemuan tingkat resmi antara Arung Umpungeng dengan Lamataesso, Beliau berjanji dan memohon kepada La Mataesso kiranya beliau diperkenankan bernaung dibawah payung kerajaan Soppeng Riaja dan tidak diperlakukan dengan sewenang-wenang. Maksud baik itu diterima dengan ketulusan hati oleh Datu Soppeng Riaja La Mataesso, maka diadakanlahjamuan bersama dengan meminum tuak,hal mana kemudian dijadikan dasar pihak Arung Umpungengeng untuk mengucapkan sumpah setianya kepada Lamataesso, "Adapun tuak sudah kuminum, hendaknya janganlah keluar melalui mulut dan tidak pula dengan lubang dubur atau penis, akan tetapi biarkanlah keluar ke samping (usus yang sobek) jika sekiranya aku ingkar janji"' itulah sumpah setia Arung Umpungeng dihadapan La Mataesso sebagaimana tercantum dalam naskah lontara, dan seketika itu daerah Umpungeng sah berada dibawah payung kekuasaan Soppeng Riaja.
Beralihnya Umpungeng kedalam wilayah Soppeng Riaja dengan melalui perjanjian politik sepeti tersebut diatas, dengan sendirinya secara langsung membawa pengaruh yang sangat berarti dalam proses perkembangan politik dalam Kerajaan Soppeng Rilau, sementara kerajaan Soppeng Riaja semakin kuat. Dengan demikian akhirnya kerajaan Soppeng Rilau mengalami kekalahan.
Integrasi
Berkali-kali Datu Soppeng Riaja La Mataesso menempuh upaya perdamaian dengan Datu Soppeng Rilau La Makkarodda. Upaya pertama sebagaimana telah dikemukakan diatas, namun up[aya itu selalu ditolaknya dengan kekerasan hati. Penolakan ini dilandasi oleh keyakinannya bahwa ia mampu mengalahkan Soppeng Riaja setelah mendapatkan bantuan dari kerajaan Bone, mengingat kerajaan Bone waktu itu disamping kerajaan tetangga juga merupakan kerajaan yang sangat berpengaruh dan cukup kuat dari segi pertahanan. Namun bantuan yang diimpikan itu tidak mendapat sambutan dari raja dan para bangsawan kerajaan Bone. Dengan perasaan sangat kecewa Datu La Makkarodda memutuskan untuk tinggal di Kerajaan Bone atas Izin Raja Bone La Tenrirawe Bongkangnge.
Kemudian tawaran kedua diajukan kepadanya untuk kembali memimpin kerajaan Soppeng Rilau setelah La Makkarodda berhasil mempersunting adik kandung Raja Bone La Tenrirawe. Niat baik ini ditolaknya dengan alasan demi menjaga terjadinya pertikaian dan perselisihan yang mungkin terulang lagi apabila beliau tetap memegang tampuk pemerintahan dikerajaan Soppeng Rilau.
Perundingan perdamaian pertama dan kedua itu selalu ditawarkan atas inisiatif datu Soppeng Riaja La Mataesso. Kenapa justru La Mataesso selalu menawarkan perdamaian kepada Datu Soppeng Rilau ? Disinilah tercermin bagaimana sikap dan kecintaan datu Soppeng Riaja yang tetap menjaga persatuan dan kedamaian antara dua kerajaan . Disampiung itu ia berusaha menghindari terjadinya peperangan yang meluas dan berkepanjangan itu dengan melibatkan pihak luar yaitu kerajaan Bone.
Namun dalam perkembangan selanjutnya ketika perundingan ketiga terjadi sangat berbeda sebelumnya, karena ternyata atas inisiatif Datu Soppeng Rilau Lamakkarodda sendiri yang ingin melakukan perdamaian dengan Soppeng Riaja.Kesungguhan hati La Makkarodda untuk berdamai dapat disimak dari makna sumpah dan janjinya ketika bertemu dengan Topaccaleppa Tautongengnge (penasehat kerajaan) dan juga ketika beliau bertemu dengan Datu Lamataesso.Dalam pertemuan itu beliau bersumpah dan berjanji tidak akan memngulangi perbuatannya yang sudah berlalu, yakni berniat tidak baik terhadap kerajaan Soppeng Riaja, bahkan beliau juga mengajukan permohonan untuk kembali bermukim diwilayah kerajaan Soppeng tampa memegang kedudsukan dan jabatan apapun. Mengenai soal tahta Kerajaan di Soppeng, baik Soppeng Riaja maupun Soppeng Rilau beliau juga berpesan kepada seluruh anak keturunannya kelak agar tidak manginginkannya lagi. Akan tetapipada waktu itu tiba-tiba Datu Soppeng Riaja Lamataesso memengang tangan La Makkarodda, sambil berkata"Saya kecualikan apabila terjalin ikatan perkawinan diantara anak cucu kita kelak dikemudian hari".
Selanjutnya,pada waktu yang telah ditentukan,bersidanglah dewan adat yang dihadiri oleh rakyat Soppeng rilau dan Soppeng riaja.Dari pertemuan tersebut mereka melakukan upacara Mallamung Patue sebagai simbol ikatan perjanjian persahabatan antara La Makkarodda dan La Mataesso yang kemudian ditanam secara bersama-sama yang disaksikan kepada Dewata Seuwae (Tuhan Yang Maha Esa) dan keduanya berjanji"Barang siapa diantara kita yang ingkar janji, maka akan ditindih oleh batu itu serta tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kepada anak keturunannya kelak"
Dengan selesainya perjanjian perdamaian tahap ketiga antara La Makkarodda dengan La Mataesso maka Soppeng memasuki era baru, yakni ditandai dengan berakhirnya kerajaan kembar Soppeng dan selanjutnya menjadi satu Kesatuan tunggal (mabbulo peppa) dibawah satu perjanjian kebesaran dan satu orang Raja Berdaulat sebagai pemegang tampuyk pemerintahan yaitu, Kerajaan Soppeng."
Sebagai hasil keputusan Dewan Adat maka diangkatlah La Mataesso Puang Lipue Patolae sebagai Datu Sop[peng Bersatu (1960) dan La Makkarodda Latenribali diangkat menjadi Pangepa' (Perdana Menteri) Kerajaan Soppeng. Setelah Kerajaan Soppeng Rilau berintegrasi dengan kerajaan Soppeng Riaja, maka kerajaan dipusatkan di Laleng Benteng.
Integrasi kerajaan Soppeng Rilau kedalam Soppeng Riaja merupakan suatu proses penyatuan komponen-komponen sosial kultural yang berbeda-beda kedalam satu hubungan dan jalinan yang terintegrasi serta menjadi kebulatan yang utuh untuk mencapai suatu identitas yang baru sebagai kerajaan yang bersatu.
Refleksi
Dari perang saudara yang pernah terjadi itu telah mengajarkan kita tiga hal :
Antara La Makkarodda dan La Mataesso adalah pemimpin yang visioner, mampu melihat kedepan bagaimana membuat perencanaan strategis jangka panjang agar kedua rumpun rakyatnya kian maju,bukan terperosok mundur kelembah perang saudara.
Keduanya telah berfikir jauh menembus batas kepentingangenerasinya.
Capaian visinya tergambar dari kerelaan meleburkan kedua identitas kerajaannya menjadi kerajaan Soppeng.
Mampu menggerakkan orang-orang terdekatnya sehingga muncul teamwork yang solid dan antusias untuk melaksakan visinya.
Keduanya memiliki insiatif yang bisa dijelaskan kepada orang lain sehingga memperoleh dukungan luas dari rakyatnya
3 komentar:
Terima kasih atas uraian diatas. Mohon kiranya ada sedikit indikasi mengenai tahun terjadinya peristiwa2 tersebut.
Matulanda SUGANDI-RATULANGI
Nice info,sangat menarik tuk menggali nilai-nilai budaya warisan leluhur kita, oh ya blognya sudah saya follow, di tunggu backlinknya di http://mabbalobalo.blogspot.com
Saudara laniratulangi kami sulit menjelaskan lebih lanjut , krn sulitnya referensi yang masih sedkit tentang senjarah Soppeng, terlebih lagi wilayah Soppeng yang terbagi dua , sehingga penulisan sejarah Soppeng sehingga pembahasannya lebih tertuju ke arah Soppeng Riaja dan mebuat sejarah di Wilaytah Soppeng Rilau sangat jarang dan hampir tidak ada sama sekali , Salam
Dan Sdr. petta Puang kami fllow balik, salam
Post a Comment